cursor

Welcome in ♣Indonesian Hogwarts school of witchcraft and wizardry♣

☺Salam Sihir☺

Selamat Datang di Blog IHSW
Pendaftaran murid baru telah ditutup.

Nox


♣Latihan bagi ekskul LD IHSW♣


Hosted by Daily Free Games

Jumat, 03 September 2010

Beberapa Teori Hipotesis terjadinya Tata Surya

Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali
dikemukakan oleh Emanuel
Swedenborg (1688-1772)[1] tahun
1734 dan disempurnakan oleh
Immanuel Kant (1724-1804) pada
tahun 1775. Hipotesis serupa juga
dikembangkan oleh Pierre Marquis
de Laplace[2] secara independen
pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang
lebih dikenal dengan Hipotesis
Nebula Kant-Laplace, menyebutkan
bahwa pada tahap awal, Tata Surya
masih berupa kabut raksasa. Kabut
ini terbentuk dari debu, es, dan gas
yang disebut nebula, dan unsur gas
yang sebagian besar hidrogen. Gaya
gravitasi yang dimilikinya
menyebabkan kabut itu menyusut
dan berputar dengan arah tertentu,
suhu kabut memanas, dan akhirnya
menjadi bintang raksasa (matahari).
Matahari raksasa terus menyusut
dan berputar semakin cepat, dan
cincin-cincin gas dan es terlontar ke
sekeliling matahari. Akibat gaya
gravitasi, gas-gas tersebut memadat
seiring dengan penurunan suhunya
dan membentuk planet dalam dan
planet luar. Laplace berpendapat
bahwa orbit berbentuk hampir
melingkar dari planet-planet
merupakan konsekuensi dari
pembentukan mereka.[3]
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali
dikemukakan oleh Thomas C.
Chamberlin dan Forest R. Moulton
pada tahun 1900. Hipotesis
planetisimal mengatakan bahwa
Tata Surya kita terbentuk akibat
adanya bintang lain yang lewat
cukup dekat dengan matahari, pada
masa awal pembentukan matahari.
Kedekatan tersebut menyebabkan
terjadinya tonjolan pada permukaan
matahari, dan bersama proses
internal matahari, menarik materi
berulang kali dari matahari. Efek
gravitasi bintang mengakibatkan
terbentuknya dua lengan spiral yang
memanjang dari matahari.
Sementara sebagian besar materi
tertarik kembali, sebagian lain akan
tetap di orbit, mendingin dan
memadat, dan menjadi benda-
benda berukuran kecil yang mereka
sebut planetisimal dan beberapa
yang besar sebagai protoplanet.
Objek-objek tersebut bertabrakan
dari waktu ke waktu dan
membentuk planet dan bulan,
sementara sisa-sisa materi lainnya
menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang
pertama kali dikemukakan oleh
James Jeans pada tahun 1917. Planet
dianggap terbentuk karena
mendekatnya bintang lain kepada
matahari. Keadaan yang hampir
bertabrakan menyebabkan
tertariknya sejumlah besar materi
dari matahari dan bintang lain
tersebut oleh gaya pasang surut
bersama mereka, yang kemudian
terkondensasi menjadi planet.[3]
Namun astronom Harold Jeffreys
tahun 1929 membantah bahwa
tabrakan yang sedemikian itu
hampir tidak mungkin terjadi.[3]
Demikian pula astronom Henry
Norris Russell mengemukakan
keberatannya atas hipotesis
tersebut.[4]
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya
dikemukakan oleh astronom
Belanda yang bernama G.P. Kuiper
(1905-1973) pada tahun 1950.
Hipotesis kondensasi menjelaskan
bahwa Tata Surya terbentuk dari
bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya
dikemukakan oleh Fred Hoyle
(1915-2001) pada tahun 1956.
Hipotesis mengemukakan bahwa
dahulunya Tata Surya kita berupa
dua bintang yang hampir sama
ukurannya dan berdekatan yang
salah satunya meledak
meninggalkan serpihan-serpihan
kecil. Serpihan itu terperangkap oleh
gravitasi bintang yang tidak meledak
dan mulai mengelilinginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar